It's Been a Winter for Us, and It Will Always Be.

Aku menemuimu di suatu siang dengan matahari yang begitu terik. Hari itu panas menyengat. Mulut kita berbicara, sementara tubuh kita berkeringat sambil kaki-kakinya melangkah cepat. 

Setiap hari kemudian menjadi sama; kamu adalah temanku berjalan. Tapi setiap hari juga selalu berbeda; menyenangkan dan penuh kejutan. Telingaku menyimak kisah-kisah rahasiamu, sementara sinaps-sinaps otakku menangkap dan merekam arus bahagia yang kau bagi. 

Tetiba terik panas diambil oleh semilir segar. Musim dingin datang menyapa. 

Suatu hari lalu menjadi berbeda dari beda yang sebelumnya. Hari-hari tak lagi sama seperti pada permulaan cerita. Musim dingin ternyata tak hanya datang untuk kota ini. Ia ternyata juga menghampiri kata kita antara aku dan kamu. Nahasnya, ia menetap dengan semilirnya yang membekukan, bukan lagi menyegarkan. 

Dan begitulah hingga ribuan langkahku yang kemudian, tak lagi kamu yang menemani. 

Kemarin kulihat ramalan cuaca mengabarkan musim dingin akan kembali tiba dalam dua pekan. Kabar baik. Setelah musim panas yang begitu dingin, aku sempat ingin bertanya padamu apakah kamu akan rindu musim panas saat musim sedang dingin. 

Tapi, ah, kuurungkan saja. 
Lagipula aku ingat, aku dan kamu kan sama-sama suka musim dingin. Dan sama-sama ingin sepanjang tahun selalu musim dingin. Jadi biarkanlah selamanya musim selalu dingin. 


It's been a winter for us
And (i think) it will always be.




Komentar

Postingan Populer