Kita Ini Seperti Lagu Saja, Ya.

Seperti lagu. 
Yang kau awali dengan begitu menggebu. 

Segenap cinta, emosi lebur jadi satu dalam bara yang terus-terusan kau suapi arang. 

Lirik dikarang, nada dibuat.

Kau bisa pilih; selesaikan dengan cepat di awal, agar segera dapat menikmati hasil, 
Atau tenggelam mendayu-dayu dalam perhelatan perasaan yang kau buat seperti tak pernah usai; hasilnya urusan nanti, yang penting prosesnya terkenang. 

Seperti lagu.
Yang pada tahap produksinya tak jarang kau temui banyak rintangan.

Api kemarin masih menyisakan percik bara yang sudah sayup-sayup. Asapnya sudah menipis, tapi arangnya masih akan membuat jarimu melepuh jika kau sentuh. 

Program yang tetiba bermasalah, dokumen yang lupa disimpan, hingga permainan musik yang lari-lari dari tempo.

Kau bisa pilih; mengambil jeda untuk mengendapkan segala kesal yang masih akan sangat berpotensi kembali terayak saat terguncang, 
Atau melawan kelemahan diri untuk kemudian melanjutkan langkah. 

Seperti lagu. 
Yang setelah melalui perjalanan panjang poles sana-sini, akhirnya bisa lahir dan diperdengarkan kepada khalayak. 

Harapmu hari ini pasti lagu ini jadi abadi. Jadi perekat yang mendekatkan. Jadi kawan disaat butuh. Jadi pelipur di kala lara. Jadi yang tertanam pada secuil kecil bagian dalam memori. 

Kau bisa pilih --tapi kali ini, pilihanmu hanya untukmu sendiri--; untuk mengabadikan alunan, membiarkannya terngiang dan mengabaikan rasa bosan yang menghampiri,
Atau lantas meninggalkannya berdebu terabaikan dan beralih ke tembang lain yang lebih sesuai dengan hatimu.

Tapi, seperti lagu. 

Kau temui aku di awal jumpa dengan dirimu yang membawa serta ambisi yang meletup-letup dalam pembuluh. 

Kau biarkan lisanmu mengucap rasa dan kau tawarkan aku untuk mengecapnya. 

Kau ciptakan hari-hari dengan suka yang membuncah, jika sempat duka membasahi, susah payah kau nyalakan lagi api bahagia. 
-

Pada setiap kali kakimu menjejak kau selalu punya pilihan. 
Maka setelah kau pilih untuk cepat-cepat menyuarakan gema di hatimu padaku; setelah kau pilih untuk mengajakku serta mengecap rasamu dengan rasa yang sama; setelah kau pilih untuk selalu kembali hidup walau berulang kali rintangan menghadang mencoba mematikanmu; 

Jangan kau pilih untuk menghapus lagu yang kita esakan pada sebuah daftar putar bersama, membiarkannya usang lalu lekang digerogoti zaman hanya karena kau temui lagu baru yang 'tiba-tiba' menenteramkan. 
-

Mestinya kau tahu bahwa kita akan usang
Mestinya kau tahu bahwa janji yang kau deklarasikan dengan begitu meyakinkan itu tak sepantasnya kau ucapkan
Mestinya kau tahu meski harapanmu kemarin agar lagu itu terus diputar hingga selamanya, hanyalah sebatas harap yang bahkan hari ini pun kau sendiri yang mengakhiri

Dan meski kini tak lagi kau putar lagu itu barang sedetik;

Aku tahu kau sudah tahu
Bahwa kemarin, aku telanjur memutuskan untuk menekan tombol ulang pada daftar putar kita; yang hari ini sudah menjelma kau dan aku. 

Kukunyah segigit demi segigit walau kini rasanya realitas begitu pahit.
Mataku menatap layu pada daftar putar baru yang masih bayi di akun milikmu sembari berkata, 
'Oh, rupanya genre musikmu kini telah berganti...'



Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer