RIP MY TA'KHIR TIME.



Sudah pukul tujuh. Buru-buru aku dan lima temanku berpamitan, kemudian berjingkat-jingkat keluar dari perkumpulan itu. Beberapa menit menunggu bus. Ia datang; berwarna biru, angkanya delapan puluh (dicoret) jurusan Asyir-Darrasah. Kami naik, dan ia melaju dengan kecepatan rata-rata. 

'Sepertinya kali ini akan selamat,' batinku. 

Aku melirik arloji. Pukul delapan lebih tiga menit, kami sudah di Duwayqah. Hanya dua menit lagi untuk sampai asrama.

'Duh. Beneran selamat gak ya?' Kali ini aku meragukan estimasiku. Tapi aku menangkalnya lagi. Masih bersemoga-semoga meski sudah sedikit pesimis. 

"Hadd naazil be'outh?" Kernet bus menanyakan siapa hendak turun Bu'uts. Nama asramaku itu. 

Kami berenam mengangguk mengiyakan. Salah seorang dari kami mengangkat ibu jarinya. Kernet bus itu mengangkat serta ibu jarinya sambil menertawakan entah apa. Dia tak tahu saja keadaan sedang genting. 

Rem bus berdecit. Pintu otomatis berdebunya yang khas mendesis. Kami buru-buru turun dan masuk asrama. Masih berharap-harap selamat. Tapi buyar sudah. Buyar, karena ibu asrama penjaga gerbang sudah mengucapkan sebuah kalimat yang kami tak pernah ingin dengar...

"Uktubii henaa ya banaat. Ta'akhhortuu kholaas. Syufii sa'ah dzi!" Telunjuknya mengarah ke buku catatan keterlambatan, sembari ia mengetuk layar gawainya yang menunjukkan waktu sekarang. 

08.05 PM.

Delapan lebih lima.

Iya. 

Lebih LIMA.

L . I . M . A

Lima menit saja dari batas akhir waktu kami! Toleransi benar-benar sudah kandas dari dunia perasramaan ini!

Beberapa waktu lalu, lebih lima belas menit masih dimaafkan. Bahkan, ada juga ibu asrama yang mentolerir keterlambatan pulang setengah jam. Tapi tidak untuk sekarang.

Hhh.

Saat itu juga, teman-temanku mendebat ibu asrama. Sengit sekali. Temanku malah sempat menangis. Sebentar-sebentar, salah satu ibu asrama sudah berwajah iba melihat kami. Kukira ia hendak mengizinkan kami masuk cuma-cuma. Tetapi, ia tetap menyuruh kami menulis catatan keterlambatan. Hanya, sekarang suaranya melembut. 

Kami merajuk sekitar tujuh menit di gerbang memohon agar bisa tetap lolos. Tapi sayang sekali. Semua alasan ditolak mentah-mentah. Bahkan tak sempat pun disampaikan tuntas, sudah dipotong begitu saja. Tetap berujung tercatat terlambat. 


Lima menit.
(Aku sabar aku tabah aku kuat yes 🙂🙏)

Usai menulis, teman-temanku masih menggerutu. Kesal. Katanya, 'Kenapa gak ada toleransi sama sekali? Kita kan sudah berusaha untuk gak telat!' lalu ada juga yang bilang 'Seharusnya jam terlambatnya diundur sedikit lah. Masa jam delapan pas?!'

Hmm.

Aku jadi berpikir.

Kenapa juga ya jam delapan banget? 
Kenapa gak ada toleransi? 
Kenapa gak diubah aja seperti dulu, jam sembilan tiga puluh?
Kan lebih asik. Jam tujuh pun masih bisa keluar. Dibanding sekarang, yang lewat jam enam sore pun sudah gak bisa keluar gerbang. 

Tapi, 

Kenapa asrama yang harus menyesuaikan peraturannya dengan kita? 
Kenapa bukan kita aja yang menyesuaikan kegiatan dengan jam asrama? 

Toh sudah banyak juga kenyamanan yang diberi asrama untuk penduduknya. Kenapa nurut dengan peraturan baru menyulitkan kita? Wahai pribumi nusantara penjunjung tinggi produktivitas dan diversitas kegiatan? 

Baiklah. Aku pun masih berikhtiar dengan pilihanku sendiri. Tapi yang pasti, agak konyol jika ingin unjuk rasa ke kantor pengurus asrama agar mentolerir keterlambatan. Mengingat faktor utama kenapa penduduk asrama bisa menetap adalah kegiatan akademis alias kuliah. Tetapi tetap saja perlu tahap untuk menerima kebijakan ini. Ada orang stres karena berkegiatan, tapi lebih stres kalau gak punya kegiatan. 

Nah. Itulah aku kurang lebih:(

Mungkin kalian ada yang sama begitu juga. Penikmat night-ride dengan iringan musik lewat earphone, baru mulai kumpul dari senja hingga malam, atau mengejar dars yang baru mulai setelah shalat Maghrib jadi baru di jalan seusai itu. Pukul tujuh. Atau tujuh tiga puluh. Atau delapan. Atau lebih, hehehe. 


Jadi kalian tim mana? Ta'khir tiga kali tetap jadi nyawa simpanan atau menyesuaikan kegiatan dengan batas akhir kembali ke asrama? 





Komentar

  1. Tim kedua ibund.. semangaaat.. ttp berusaha untuk gk trlat lebih baik.. dripda sengaja telat ditelat²in.. indtaAllah klo udh berusaha wlupun jatuhnya telat, da nilai tersendiri kok..heheh biar ni jdi warning buat diri sndri, kmrin² masih bisa ta'khir leat sedikit.. skrng gk da lagi.. kmrin² udh ditoleran.. skrng tdk lagi.. toh penetapan jm 8 kmrin gk lngsung jm 8 tet.. perlahan, menuju jm 8..
    Dn pas bnget kmu lagi kena apesnya.. itu si menurutku.. fighting✊ aku padamu..heheh

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer