Sakit di Perantauan.

Sakit di perantauan --jauh dari orang tua, keluarga atau kerabat-- itu nggak enak banget. 

Ini sudah hari ketiga aku kena flu. Sebenarnya kalau kuperhatikan gejala sudah mulai terasa sejak Selasa. Aku bersin-bersin dan tenggorokanku sakit, nggak nikmat banget makan apa-apa. Rabunya, kepalaku mulai sakit dan kelenjar mukosa mulai cari perhatian. Sepertinya radang sudah menjalar ke selaput lendir dan membuat kegiatan bernapasku jadi nggak nyaman. Aku minum teh dan makan sup yang dimasak teman kamarku, tapi ternyata masih belum terasa membaik. Malam harinya aku merebah pukul sepuluh, mencoba tidur dan ternyata terus mode ronda hingga adzan shubuh. Malam yang terasa begitu panjang dengan segenap usaha untuk bergelut dengan sakit kepala dan suhu badan yang terasa meningkat. Mataku berair dan perih, tapi menolak terpejam sepanjang malam. 

Lepas shubuh aku mencoba untuk tidur dan terima kasih Tuhan, it works. Tapi lalu, aku terbangun dari tidur dengan penuh kesyukuran dan penyesalan; yang disebabkan aku harus absen kelas praktek. Astaghfirullah. Feels suck. Tapi apa boleh buat juga, kepalaku sungguh berat dan tubuhku seperti panas-dingin. Aku menyerah pada keadaan. 

Hari Kamis itu aku juga piket kamar. Cuci piring dan masak, bersih-bersih kamar. Rentetan kegiatan yang seharusnya biasa selesai dalam 1 jam kukerjakan dengan sangat lambat. Selesai cuci piring, aku tepar dulu. Sorenya aku baru mulai masak dan baru beres maghrib. Di dalam otakku, selama mencuci piring-masak aku menyumpahserapahi diri; mendoktrinasi agar tetap bisa kuat-kuat saja. 'Act like nothing happens. Act like nothing happens. Act like nothing happens.' Otakku juga mendadak memproyeksi bayangan; 'Bunda kayaknya juga biarpun lagi drop kayaknya bakalan tetep mengerjakan apa yang harus dikerjain Bunda. Soalnya who else would do that as good as her?' And luckily it works anyway, walau super random tapi aku berhasil nyuci dan masak. Melewati hari piket dengan 'yhey' meskipun secara fisik sangat 'heuuu huee'. 

Beruntungnya adalah malam Jum'at aku tidur dengan begitu nyenyak di kamar seniorku setelah menggarap sebuah sesuatu. Kamarnya anget banget, dan bangun-bangun aku merasa lebih normal meskipun semalaman sampah tisuku sebanyak dua kantong plastik, paginya kunobatkan diriku officially pilek. Memutuskan untuk cusss main basket karena sudah letih terus-terusan di atas kasur. Pikirku, raga ini sepertinya butuh berinteraksi dengan dunia luar dan bertemu aktifitas menyenangkan. 

Selesai main basket, rasanya olengg sekali. Hahaha. Aku menertawakan diriku yang ngos-ngosan. Harap-harap cemas, sedikit takut kalau keadaanku bukannya makin membaik tapi sebaliknya. Tapi untungnya, malam ini sakit kepalaku sudah memudar meski pilek semakin menjadi. 

-
Kalau aja sekarang di rumah, pasti ada yang ngurusin. Semua orang seperti mau punya peran buat mengupayakan aku cepat pulih. Nggak akan bisa ditemukan di tanah rantau ini, yang lebih tulus dari Ayah, Bunda, Nenekku. Adik-adik. Karena masa ini, aku jadi semakin banyak melangitkan semoga yang baik-baik untuk mereka.

Meski begitu, di lain sisi sakit di perantauan menyampaikan banyak sekali petuah dan nasihat. Disampaikannya bahwa aku harus teratur tidur, menjaga asupan, menjaga kebersihan tangan sebelum makan. Aku juga diajarkan mengkalkulasi kesanggupan fisik, menguatkan diri sendiri dan bagaimana untuk tidak membuat orang rumah khawatir, bagaimana untuk tidak membuat lingkungan sekitarku kerepotan. Lagipula ini sakit karena aku, jadi seharusnya dalam keadaan yang seperti ini, nggak ada yang boleh lebih ter-repotkan dibanding diriku sendiri. 

-
Intisari yang aku ingin siratkan dalam tulisan ini bukan aku ngode minta dijenguk kok. Aku cuma ingin berbagi dan menyuarakan ketidakenakan sakit sebagai pengingat buat kita semua. Jaga kesehatan ya, kalau nggak sehat kita jadi nggak bebas dan serba salah. Sementara itu, nggak ada juga yang ngerawat dan harus ngerjain semuanya sendiri. Nggak ada yang bisa dijadikan sandaran selain diri sendiri. *semangat ya, mblo:)* *yhiaa :v*

Biasanya aku cepat pulih kalau sakit ecek-ecek begini. Sehari bedrest besoknya back to Iron Man mode lagi. Entahlah, kenapa kali ini berbeda. Tapi semoga, aku bisa kembali bernapas normal dan sehat lagi. Semoga juga, kalian semua sehat-sehat selalu. Aamiin. 




Komentar

Postingan Populer