Metafora.

Pada sebuah malam di musim panas dengan angin yang berembus sepoi, aku dan seorang teman menikmati akhir hari sambil berbincang. Entah kemana arah pembicaraan kami bertujuan, namun kami hanya memastikan bahwa tiap kalimat yang kemudian jadi paragraf itu selalu mengandung gagasan yang bermanfaat untuk jadi bekal dan penyemangat.

Metafora.

Adalah sebuah kata yang begitu magis dan agung untuk malam ini. Sebuah kata yang memiliki makna dalam dan luas, satu yang mengajarkan begitu banyak. 

Aku berucap, "Tau gak sih, gimana caranya biar kita lebih mudah mengerti sesuatu." 

"Mengerti sesuatu yang gimana nih maksudnya?" Balas temanku. 

"Maksudku cara kita mengerti pelajaran yang mau disampaikan hidup lebih mudah... Kayak gimana caranya kita lebih mudah buat paham gitu lo." Jelasku.

Antusiasme meningkat, matanya mengerling ingin tahu, "Gimana tuh emang?" 

Aku tersenyum tipis, kemudian berkata, "Namanya 'metafora'. Jadi kita mengumpamakan sebuah kejadian, dengan fenomena yang biasa kita temui sehari-hari, biar kita bisa lebih mudah mencermati hikmah tersiratnya dan lebih mudah buat memahamkan ke orang lain." 

"Misalnya, kayak aku bilang tadi.. Kayak waktu aku bilang seseorang yang sedang menyela pembicaraan itu kita perumpamakan sebagai seseorang yang menabrak-nabrakkan tangannya, mengganggu laju air yang sedang dituang seseorang ke suatu tempat." Lanjutku. 

"Oooh paham paham, kayak menga... apa tuh? Mengan.. Oiyaa, menganalogikan!" Temanku menimpali semangat. 

"Iya.. Bener banget. Kayak misalnya nih ya, wujud metafora yang paling hebat yang aku temukan pada masa lockdown kemarin itu ya tentang lockdown itu sendiri. Aku menganalogikannya sebagai Dunia."

"Bayangin, lockdown itu sesuatu yang sementara, tapi kita gak tau kapan dia selesainya. Sama juga kayak dunia. Dunia itu sesuatu yang sementara dan kita juga gak tau kapan dia selesai. Ada orang yang waktu lockdownnya dihabiskan untuk mengeluh, bertanya-tanya dan menyalahkan keadaan. Ada orang yang masa lockdownnya dihabiskan dengan leyeh-leyeh dan nyantai. Ada juga nih, orang-orang yang memanfaatkan masa lockdown untuk menerima keadaannya, mempelajari jati diri, mengusahakan yang terbaik memanfaatkan keadaan dan berdo'a untuk kebaikan. Nah, waktu selesai lockdown, ada orang-orang yang menyesal kenapa dia habiskan semua waktunya hanya untuk bersantai dan doing nothing, tapi ada juga orang-orang yang kemudian jadi lebih untung karena menuai apa yang sudah dia tanam selama itu. 

Sama juga kayak dunia kan? Di dunia ini kita sementara dan kita gak tau kapan kita akan berakhir. Ada orang yang segera sadar tentang kepastian hari akhir kemudian ya emang bener-bener manfaatin waktunya di dunia kan, ada juga orang-orang yang santai banget dan memilih untuk memuaskan kesenangannya. Intinya kita kapan menuai itu? Kapan kita memanen buah yang selama ini bibitnya kita semai dan rawat? Ya pas udah selesai lockdown, pas dunia ini udah berakhir!" Aku menerangkannya panjang lebar. 

"Iyaya bener juga tau. Dengan bermetafor itu juga kita kayak lebih bisa ngasih pemahaman yang lebih kan ya ke orang?" Temanku berujar. 

"Iya bener banget. Kayak kita nih manusia kan lebih mudah lah untuk menelaah sesuatu yang dzhahir buat kita. Itu juga ya, makanya Allah menciptakan kita sama lingkungan kita tuh berdampingan. Ya untuk diambil pelajarannya! Ya gak sih?" 

Temanku mengangguk kencang mengiyakan. 

"Saat bermetafor itu kita juga berlatih buat mengajarkan otak kita biar bisa berpikir runtut, menemukan analogi yang berkorelasi dan sinkron untuk menggambaran suatu hal. Biar apa yang kita pikirkan itu bisa bener-bener sampai ke pendengar kita." Lanjutku lagi.

"Keren sih ini. Tapi jujur waktu kamu ngasih metafor yang tentang pintu tujuan sama jalan lurus itu bener ngena sih buatku." Komentarnya. 

"Well after all, alhamdulillah lah. Semoga aku selalu bisa jadi teman yang bermanfaat deh buatmu." Aku tersenyum dan temanku membalasnya dengan senyum yang sama sumringahnya. 

Perbincangan malam itu ternyata tak terhenti sampai disitu saja. Rumput-rumput masih betah jadi singgasana, hingga pukul setengah dua pagi. 


🌬
@nayasalsaa
somewordsandaheart.blogspot.com 
Cairo, July 8 2020 
3.02 am 

Nb.
Terimakasih buat bincang yang panjang tapi nggak bosenin. 
@nurikmac




Komentar

  1. ⁦❤️⁩
    Is there any greater word than love? I do have no other suitable word,
    بوركت يا حبيبتي

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer