Terlahir Dari Sesapan Matcha Latte.

Having a couple sip of matcha latte always able to calm me down somehow. I fond the taste of unique and creamy sensation it created. But unfortunately, PPSP sell it with high cost. Still, eventhough they said they had the lowest price compared to another shop. In this case, i could just say that some kind of happiness could be bought anyway. 

Hari ini Kairo hujan. Kabar beredar bahwa akan ada badai angin berdebu yang menyapa sore ini. Di sela-sela keluhan yang bercuitan, tetap akan selalu ada yang mampu menangkap sejumput hikmah yang masih tak ternalar oleh mayoritas. Aku memihak kepada yang bersyukur sejak awal, bau petrikor yang semerbak ini membantuku mengembalikan stabilitas emosi yang sempat hampir hilang karena terpantik.

Beberapa minggu yang sungguh padat, kuakui melalui perspektifku. Kuliahku sempat kutinggal, sebut saja akumulatifnya lima hari. Ongkos transportasi membuatku makin dalam merogoh saku. Pergi paling pagi, pulang paling malam. Menyenangkan, bersibuk-sibuk, setiap hari aku punya stimulus penyemangat. Hidupku kurasa jadi lebih dinamis. Banyak kenalan, banyak bahagia. Banyak cerita, banyak pelajaran. Oleh sekitar aku diajari, tanpa harus aku meminta. 

Terduduk di depan jendela berteman gawai dan hembus angin, aku mengingat persoalan prioritas yang selalu hangat dibincangkan dalam lingkupku. Terngiang terus seperti chorus lagu. Sambil menimbang-nimbang, menjaga diriku agar tak jadi kacang lupa kulit, tapi tak stagnan dan bisa terus berkembang. 

Saat ini, aku penat dan terhambat karena mendengar beberapa penggal kalimat. Untung ada blogger yang bisa jadi pelampiasan untuk sambat positif.

Haha. 

Sial.

Eh, astaghfirullah.

Kubangkitkan jiwaku agar kembali ia semangat. Pernah aku diberi tau untuk terus berani menjalani apa yang aku pilih, aku yakini. Karena yang benci tak akan berhenti mencibir, yang tak suka tak akan terima penjelasan. Dan peduli adalah sebuah kebodohan.Tulisan ini bukan sebuah pembelaan akan diriku yang masih naif dan sok berani berbaur dalam liarnya belantara. Tapi, aku akan menyebutnya notulensi renungan sore. Hehe.

Sabar ya. Aku bukan menghindar. Tapi daripada kata-kataku lepas kontrol dan menyebar sakit hati dan ketersinggungan, bukannya lebih baik aku diam dulu? 
Kamu butuh banyak belajar perihal menyampaikan, mengerti dan melihat dari kacamata berbeda. Aku butuh banyak belajar bagi waktu, konsistensi dan perkiraan. 

Urusanmu bukan hanya satu, urusanku juga bukan hanya kamu. Kalau asasmu kekeluargaan, maka beri aku waktu untuk menelaah konsepsimu dan menyetir visiku agar bisa sejalan. Kalau ganjil kau rasa, kamu bisa bicara dan aku akan tanggapi saat pikiranku jernih. 

Satu harapku, agar kamu jangan pernah menganggap semua konklusimu sebuah kebenaran mutlak dan menyalahkan pihak lain hanya karena tak sesuai dengan ambisimu. Adalah benar bahwa berpendapat hak semua orang tak terkecuali kamu, tapi saat itu mengusikku, maka hakku pula untuk menyaring kontradiksi dan intervensi yang bersifat parasit yang mendestruksi gelombang positifku. 


Oke? 



We're not done yet. 
I just need more time for this drama inside me to end.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer